Menyebalkan sekali! Hari ini adikku mendapat hadiah dari nenek. Bayangkan! Sebuah handphone terbaru dengan fasilitas 3G. Rasanya dia belum cocok untuk punya barang sebagus itu. Nenek seharusnya tahu kalau aku lebih pantas memakainya.
Tiba di sekolah, pak Guru mengumumkan kalau sekolahku akan mengirimkan duta ke Singapura dalam rangka pertukaran pelajar. Aku senang sekali karena paling tidak nilaiku diatas rata-rata dan bahasa inggrisku juga bagus. Tapi baru sebentar aku berkhayal jalan-jalan di Orchard Road, tiba-tiba lamunanku buyar! Ternyata yang terpilih adalah Dono, teman sekelasku. Wah! Kenapa dia? Nilai bahasa inggrisnya kan di bawahku, lagian dia sering ketinggalan catatan lalu fotokopi punyaku. Uh!
Di rumah sikapku jadi berubah pada adikku. Bawaannya uring-uringan terus. Sebal sekali melihatnya, apalagi kalau ada sms di hpnya. Kalau dia menegurku atau menanyakan sesuatu pasti aku jawab dengan ketus. Rasanya tidak betah di rumah.
Besok paginya di sekolah aku hampir memukul Dono. Pasalnya cuma dimulai dari jendela kelas yang susah dibuka. Dono yang duduk lebih dekat dengan jendela, berusaha membantuku membuka jendela yang memang sudah waktunya dijebol karena berkarat dan berayap. Aku tersinggung. Sikapku pada Dono jadi berubah, padahal sebelumnya dia adalah teman dekatku.
Sikapku jadi seperti kakak Daud yang merasa iri kepada adiknya. Aku merasa lebih berhak, lebih mampu, lebih bisa, lebih segala-galanya daripada adikku atau Dono. Bisa kebayang perasaan Eliab yang sudah berkhayal dirinya bakal mengenakan mahkota raja, tiba-tiba nabi Samuel bilang, bukan kamu! Bum! Wah, seperti ketimpa kulkas. Sebel banget. Pokoknya apapun yang Daud lakukan akan selalu salah di mata Eliab. Bahkan ketika Daud datang untuk mengantar makanan, yang sebenarnya pasti sudah ditunggu-tunggu karena ia kangen masakan rumah selama pergi perang, langsung disemprot dengan kata-kata sadis.
Perasaan iri sudah memperbudak Eliab sehingga ia memperlakukan adiknya dengan semena-mena. Rasa iri yang memuncak membuatnya bersikap arogan. Eliab merasa lebih pantas, lebih mampu. Perasaannya sama denganku saat ini. Merasa lebih layak memiliki hp 3G, lebih mampu daripada Dono. Padahal seharusnya aku bisa bersyukur karena memiliki mereka yang punya kesempatan untuk menjadi lebih baik. Tidak seharusnya aku merasa lebih layak daripada mereka.