13.12.08

namaku samuel

Namaku Samuel. Aku lahir karena karena mujizat. Sebuah nazar dari mamaku yang bernama Hanna, membuat Tuhan mengijinkan aku lahir ke dunia. Sejak kecil aku sudah tinggal bersama Om Eli. Dia seorang imam di Silo. Om Eli punya dua anak, Hofni dan Pinehas. Aku tidak terlalu suka dengan mereka karena hidupnya munafik, tidak sesuai dengan ajaran Tuhan.

Waktu kecil, aku pernah mendengar suara Tuhan memanggil namaku. Aku pikir itu adalah suara Om Eli. Tetapi waktu aku tanya, dia bilang tidak memanggilku. Aku jadi bingung. Setelah itu aku diberitahu kalau itu adalah suara Tuhan dan aku harus menjawabnya, lalu aku melakukan seperti yang diajarkan Om Eli. Sejak saat itu aku selalu berkomunikasi dengan Tuhan.


Banyak hal yang terjadi selama aku dikenal sebagai nabi di Israel, tapi aku mau bercerita tentang sebuah kesalahanku. Ini terjadi setelah raja Saul ditolak sebagai raja. Tuhan menyuruhku untuk pergi ke Betlehem dan mengurapi anak Isai untuk menjadi raja. Aku sih menurut saja. Tetapi ketika sampai disana aku bertemu dengan Isai. Lalu aku menyuruhnya mengumpulkan anak-anaknya. Aku benar-benar merasa kalau Tuhan sudah menunjukkan orang yang tepat.


Anaknya yang pertama, Eliab, seorang pria yang gagah perkasa. Ototnya benar-benar bukti kalau dia adalah seorang yang terlatih. Tampangnya yang ganteng sangat cocok bila mengenakan mahkota raja. Aku pikir Tuhan benar-benar sudah memilih seorang yang sangat tepat untuk menggantikan Saul. Tapi Tuhan bilang bukan dia. Aku jadi bingung.


Lalu ketika anaknya yang kedua, Abinadab maju. Aku lalu berpikir, mungkin dia lebih baik daripada kakaknya. Tetapi aku salah lagi. Lalu majulah yang ketiga, keempat, kelima, keenam sampai ketujuh, ternyata tidak ada satupun yang dipilih oleh Tuhan. Aku jadi semakin bingung. Lebih bingung lagi ketika akhirnya muncul Daud, anak yang paling kecil dengan wajah kekanak-kanakan dan tubuh yang mungil. Aku pikir mana mungkin dia menjadi raja. Kriterianya jauh dari persyaratan. Tapi herannya dialah yang dipilih Tuhan.


Hari itu aku belajar sesuatu. Bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah, Allah lebih melihat hati daripada apa yang ada di depan mata. Aku masih mengingat peristiwa itu sampai sekarang dan tidak akan melupakannya.

No comments:

Post a Comment