1.11.08

thomas jefferson

Pada masa kepresidenannya, Thomas Jefferson dan para ajudannya berkeliling seluruh negeri dengan mengendarai kuda. Mereka sampai ke sebuah sungai yang begitu deras. Begitu derasnya sehingga menghanyutkan jembatan yang menghubungkan ke seberang. Masing-masing pengendara harus berusaha bertahan di punggung kuda dan melawan arus supaya dapat tetap hidup. Kemungkinan akan kematian benar-benar menakutkan setiap pengendara, sehingga menyebabkan pengendara lain yang bukan termasuk grup mereka, ikut menyingkir ke samping dan memperhatikan.

Setelah beberapa berhasil menyeberang dengan selamat, seorang tak dikenal meminta Presiden Jefferson untuk menyeberangkannya. Presiden menyetujuinya tanpa basa-basi. Pria itu segera naik ke belakang Presiden dan kemudian akhirnya mereka berdua selamat sampai ke seberang.

Ketika orang asing itu turun dari pelana kuda, salah satu dari mereka bertanya kepadanya, “kenapa kamu memilih meminta tolong kepada Presiden untuk kau tumpangi?” Orang itu terkejut. Ia mengaku sama sekali tidak tahu kalau orang yang menolongnya adalah Presiden.
“Yang aku tahu, beberapa mimik wajah kalian berkata “tidak” dan beberapa lagi berkata “ya.” Dan wajah Presiden adalah yang berkata “ya.”

Wajahmu itu bisa berbicara apakah kamu benar-benar tulus atau tidak. Sikapmu bisa tergambar di wajahmu dan itu cukup “berbicara” kepada orang lain. Kalau kamu pikir bisa menutupi isi hatimu dengan pura-pura tersenyum dan ramah kepada orang lain, kamu sedang memakai topeng yang tidak tahan lama. Suatu saat isi hatimu yang sesungguhnya akan muncul.

Jadi bagaimana? Apanya yang harus diperbaiki? Bukan wajah dan mimik muka yang harus diperbaiki, melainkan apa yang ada di dalam. Jika kamu punya suatu ganjalan dengan seseorang, bereskan hal itu dan jangan menundanya. Jangan biarkan wajahmu menggunakan topeng terus menerus untuk menutupi isi hatimu.

2 comments: