Aku ingat ketika masih SD, bersama teman-teman sering berburu bunglon. Awalnya kami takjub dengan bentuknya yang garang dan purba. Tetapi ketika mengetahui kemampuannya untuk berubah warna, aku jadi semakin penasaran. Sayangnya kami selalu gagal. Selain karena kami masih kecil, kegagalan kami tentunya juga disebabkan karena kemampuannya yang unik dan tidak dimiliki oleh hewan lainnya.
Ketika bunglon berada diatas batu hitam, maka kulitnya akan berwarna kehitam-hitaman. Jika ia melompat ke tanah yang berwarna coklat, maka kulitnya akan mengikuti warna tanah itu. Begitu juga jika ia berada di atas ranting dan dedaunan, akan sulit membedakan hijaunya warna kulit bunglon dengan daun yang ada di sekitarnya. Bunglon selalu berubah warna sesuai tempat yang ia pijak.
Waktu itu aku berpikir, asik juga jika memiliki kemampuan seperti bunglon. Bisa berubah-ubah seperti yang dia mau. Lucunya, ketika beranjak dewasa, hal itu benar-benar terjadi, dan aku mengubah pendirianku. Aku tidak mau menjadi “bunglon.”
Bunglon adalah istilah untuk orang yang bisa bermuka dua. Ketika diperlukan, maka ia memakai topeng, untuk menutupi wajah aslinya. Untuk setiap komunitas ia memiliki topeng masing-masing. Untuk setiap situasi ada kepribadian berbeda yang bisa ditonjolkan. Ia bisa baik di depan seseorang dan berubah menjadi musuh dalam selimut ketika berada di belakangnya.
Siapa pun bisa memiliki karakter bunglon ini. Entah itu mahasiswa, ibu rumah tangga ataupun seorang pelayan Tuhan. Ia bisa berubah menjadi pribadi yang sama sekali berbeda ketika hal itu diperlukan. Ia bisa saja membohongi orang-orang yang ada di sekitarnya, namun ia tidak bisa membohongi Tuhan. Dan tentu saja, sepandai-pandainya ia berbohong, akan tiba saatnya kebohongan itu terbongkar.
Tuhan melihat kita secara transparan. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dariNya. Jika seorang manusia bisa begitu hancur hatinya ketika mengetahui temannya selama ini berlaku seperti bunglon, bagaimana hancurnya hati Tuhan yang terus menerus mengetahui hidup kita luar dan dalam. Berhenti menjadi pribadi dengan karakter bunglon. Jadilah dirimu apa adanya. Tetap sama dalam segala situasi. Tetap memiliki karakter Kristus, apapun keadaannya.
30.11.08
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment